PendidikanUtama – Tembang merupakan warisan budaya yang dilagukan oleh masyarakat Jawa, dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai puisi. Masyarakat Jawa memiliki berbagai jenis tembang, yang paling terkenal adalah macapat, tembang ini memiliki aturan pokok, salah satunya guru gatra. Simak ulasan lengkapnya mengenai pengertian guru gatra dan jumlahnya pada tembang macapat dibawah ini:
Apa Itu Guru Gatra?
Pada dasarnya, tembang Jawa memiliki beberapa aturan pokok yang harus diterapkan dalam penataan penulisan tembang itu sendiri. Nah, guru gatra ini termasuk salah satu aturan pokok tersebut. Pengertian guru gatra sendiri didefinisikan sebagai jumlah atau banyaknya baris dalam susunan satu bait yang terdapat dalam suatu tembang.
Sama halnya dengan puisi Bahasa Indonesia, tembang macapat juga terdiri dari bait yang jumlah baris pada setiap bait harus diperhitungkan. Jumlah baris dapat dipilih sesuai pedoman, karena tembang macapat memiliki banyak jenis dan memiliki aturan masing-masing. Jadi, pengarang tidak bisa menulis tembang dengan jumlah bait yang sesuai keinginannya sendiri.
Jumlah Guru Gatra Pada Tembang Macapat
Melihat guru gatra yang termasuk dalam aturan pokok dalam penyusunan tembang, tentu hal ini tidak boleh salah. Jumlah guru gatra setiap jenis tembang berbeda-beda, ada yang lima baris, enam baris, tujuh baris, bahkan ada yang sepuluh baris. Jumlah ini disesuaikan dengan jenis tembang yang akan ditulis.
Meskipun ada beberapa jenis tembang macapat dengan jumlah baris yang sama tiap baitnya, namun memiliki perbedaan pada aturan pokok lainnya. Contoh tembang yang memiliki persamaan guru gatra adalah tembang macapat durma dan pangkur, dimana masing-masing bait terdiri dari tujuh baris. Berikut ini contoh lain jumlah guru gatra pada tembang macapat:
1. Pada Tembang Maskumambang
Guru gatra tembang maskumambang berjumlah empat, yang berarti tembang ini memiliki empat baris dalam satu bait. Isi tembang maskumambang bercerita tentang keadaan jiwa manusia saat masih berada dalam kandungan. Watak tembang nya memiliki suasana yang sedih.
2. Pada Tembang Kinanthi
Guru gatra tembang kinanthi berjumlah enam baris dalam setiap bait. Tembang ini berasal dari kata kanthi yang secara harfiah berarti menuntun atau menggandeng. Kinanthi menceritakan tentang kehidupan anak kecil yang masih membutuhkan tuntunan dari orang tuanya, agar dapat menjalani kehidupan dengan baik nantinya.
3. Pada Tembang Gambuh
Guru gatra tembang gambuh ialah lima, artinya dalam satu bait tembang gambuh berjumlah 5 baris. Tembang ini berasal dari kata jumbuh yang berarti menyambungkan. Bercerita tentang perjalanan dua manusia yang bersatu dalam biduk rumah tangga dan memiliki watak yang menggambarkan suasana kepastian.
4. Pada Tembang Megatruh
Tembang megatruh berasal dari kata “megat” dalam Bahasa Indonesia berarti pisah atau putus dan “roh” berarti ruh atau nyawa. Bercerita tentang perpisahan nyawa dan jasad manusia, memiliki watak suasana yang sedih. Guru gatra berjumlah lima, yang berarti memiliki lima baris dalam satu bait.
5. Pada Tembang Pocung
Tembang ini berasal dari kata pocong, menceritakan jasad manusia yang sudah tidak bernyawa dan telah dibungkus menggunakan kain kafan. Memiliki filosofi tentang adat atau ritual yang harus dilakukan saat seseorang telah meninggal dunia. Guru gatra tembang pocung ialah empat, yang artinya memiliki baris berjumlah empat dalam satu baitnya.
Itulah ulasan lengkap mengenai pengertian guru gatra dan jumlahnya pada tembang macapat. Jadi, jika mendapat tugas untuk menghitung guru gatra jangan sampai salah, hal ini karena perhitungannya sangatlah mudah. Sekian dan semoga bermanfaat!**
